A. PENGERTIAN PSIKOTERAPI
Menurut Lewis R. Wolberg (1977),
psikoterapi adalah perawatan dengan menggunakan alat-alat psikologik terhadap
permasalahan yang berasal dari kehidupan emosional dimana seorang ahli secara
sengaja menciptakan hubungan profesional dengan pasien yang bertujuan untuk :
1.
Menghilangkan,
mengubah atau menurunkan gejala-gejala yang ada.
2.
Memperantarai
perbaikan pola tingkah laku yang terganggu.
3.
Meningkatkan
pertumbuhan serta mengembangkan kepribadian yang positif.
Dalam psikoterapi adanya suatu
interaksi secara sistematis antara pasien dan terapis dengan menggunakan
prinsip-prinsip psikologis yang menghasilkan adanya perubahan dalam tingkah laku,
pikiran dan perasaan pasien sehingga dapat membantu mengatasi perilaku abnormal
yang dialami pasien atau dapat membantu mengatasi masalah-masalah pasien.
B. PERBEDAAN PSIKOTERAPI DAN KONSELING
Psikoterapi dan konseling
sesungguhnya memiliki tugas yang sama, keduanya saling tumpang tindih dimana
fungsi psikoterapi dan konseling adalah membantu setiap individu yang mengalami
masalah yang berkaitan dengan proses mental dan psikis individu itu sendiri. Keduanya
menggunakan asosiasi bebas, namun secara umum perbedaan psikoterapi dengan
konseling terletak pada kecenderungan bidang yang dijalani, yaitu psikoterapi
lebih kepada bidang klinis sedangkan konseling cenderung lebih ke bidang
pendidikan. Psikoterapi lebih digunakan untuk orang yang memiliki penyakit
khusus sehingga dapat dikatakan psikoterapi berfungsi untuk memperbaiki
perilaku maupun persepsi yang telah rusak (tidak normal), sedangkan konseling
hanya digunakan untuk mengatasi masalah-masalah yang tidak rumit seperti
contohnya mengatasi anak conduct disorder.
Menurut Ivey & Simek-Downing
(1980) psikoterapi adalah proses jangka panjang, berhubungan dengan upaya
merekonstruksi seseorang dan perubahan yang lebih besar dalam struktur
kepribadian. Sedangkan konseling dikemukakan oleh mereka sebagai suatu proses
yang lebih insentif berhubungan dengan upaya membantu orang normal mencapai
tujuannya dan agar berfungsi lebih efektif. Adapula perbedaan psikoterapi
dan konseling yang dilihat dari segi tujuan, klien, konselor dan penyelenggara,
serta metode yang digunakan:
1.
Berdasarkan
Tujuan
Menurut Hans
dan MacLean (1995) konseling menitikberatkan pada upaya pencegahan agar tidak
terjadi penyimpangan. Konseling bertujuan untuk membantu seseorang menghadapi
tugas-tugas perkembangan, contohnya remaja yang menghadapi masalah seks.
Sedangkan psikoterapi menyembuhkan penyimpangan yang terjadi baru melakukan
pencegahan agar penyimpangan itu tidak timbul kembali. Dapat dikatakan bahawa
psikoterapi bertujuan untuk menyembuhkan.Stefflre & Grant (1972) mengatakan
tujuan konseling terbatas hanya mempengaruhi perkembangan seseorang dengan
situasi sesaat sedangkan psikoterapi tidak hanya memperhatikan sekarang,
melainkan yg akan datang. Blocher (1996) merumuskan perbedaan antara keduanya
sebagai berikut :
2.
Dilihat dari
Klien, Konselor dan Penyelenggara
Secara
tradisional membedakan konseling dan psikoterapi adalah pada konseling, konselor
menghadapi klien yang normal. Sedangkan psikoterapi, terapis menghadapi klien
yang mengalami neurosis atau psikosis. Konselor dan Psikoterapis memiliki latar
belakang pendidikan yang berbeda, namun ada kesamaan yang terletak pada subjek
tertentu yang harus dilatih dan dipelajari seperti teori dasar kepribadian
dengan perkembangan, gangguan, perubahan dan penilaian dan alat penilainya.
Koseling bisa
dilakukan di Lembaga Pendidikan seperti sekolah, Perguruan Tinggi, Biro Khusus
atau praktik pribadi. Psikoterapi dilakukan dalam kegiatan yang sifatnya klinis
di Lembaga Pendidikan dengan pengaturan dan suasana yang khusus. Namun,
psikoterapi banyak dilakukan di Rumah Sakit, Lembaga khusus atau praktik
pribadi yang berhubungan dengan kesehatan.
3.
Dilihat dari
Metode
Perbedaan
antara konseling dan psikoterapi tidak besar karena berbagai metode bisa dipakai
keduanya, seperti rapport, menerima dan menghargai hakikat dan martabat pasien,
kualitas hubungan dengan pembatasan-pembatasannya. Namun, perbedaan antara
keduanya diungkapkan oleh Stefflre & Grant (1972) yaitu konseling ditandai
oleh jangka waktu yang lebih singkat, lebih sedikit waktu pertemuannya, lebih
banyak melakukan evaluasi psikologis, lebih memperhatikan masalah sehari-hari
klien, lebih memfokuskan pada aktivitas kesadaran, lebih memberikan nasihat,
kurang berhubungan dengan transferens, lebih menekankan pada situasi yang riil,
lebih kognitif dan berkurang intensitas emosi, lebih menjelaskan atau
menerangkan dan lebih sedikit kekaburannya.
C. PENDEKATAN PADA PSIKOTERAPI
1. Psikoanalisa
Psikoanalisis sebagai
teori dari psikoterapi berasal dari uraian Freud bahwa gejala neurotik pada
seseorang timbul karena tertahannya ketegangan emosi yang ada, ketegangan yang
ada kaitannya dengan ingatan yang ditekan, ingatan mengenai hal-hal yang traumatik
dari pengalaman seksual pada masa kecil. Semula dipergunakan teknik hypnosis,
namun setelah diketahui bahwa tidak terhadap semua orang mudah dan bisa
dilakukan hypnosis, Freud kemudian mempergunakan asosiasi bebas.
Dengan asosiasi bebas,
pasien bebas untuk mengemukakan segala hal yang ingin dikemukakan termasuk yang
tadinya ditekan di bawah-sadarnya, tanpa dihambat atau dikritik. Teknik dasar
untuk melaksanakan psikoanalisis ialah dengan meminta pasien berbaring di dipan
khusus dan psikoanalis duduk dibelakangnya, jadi posisi pasien menghadap kearah
lain, tidak bertatapan dengan psikoanalisnya. Pasien diminta untuk mengemukakan
apa yang muncul dalam pikirannta dengan bebas dan tanpa merasa terhambat.
2.
Behavioristik
Aliran behavioristik ini
pada mulanya tumbuh subur di Amerika dengan tokohnya yang terkenal esktrim
yakni John Broadus Watson, suatu aliran yang menitikberatkan peranan
lingkungan, peranan dunia luar sebagai faktor penting dimana seseorang
dipengaruhi, seseorang belajar. Aliran ini memandang perkembangan seseorang
sebagai “seorang tumbuh menjadi seperti apa yang terbentuk oleh lingkungan”.
3.
Humanistik
Psikologi Humanistik
adalah kritik terhadap behavioristik yang mendang manusia sebagai mesin.
Humanistik merubah paradigma tersebut menjadi lebih manusiawi dan dihargai
sebagai suatu kesatuan yang utuh. Tokoh-tokoh dalam psikologi ini adalah
Abraham Maslow, Carl Rogers, dan Arthur Combs. Terapi Humanistik bertujuan agar klien
mengalami keberadaannya secara otentik dengan menjadi sadar atas keberadaan dan
potensi-potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka diri dan bertindak
berdasarkan kemampuannya. Abraham Maslow (1962)
dikenal dengan konsepnya yaitu ‘aktualisasi diri’, yaitu proses perkembangan
jati diri atau penemuan jati diri dan mekarnya potensi yang ada atau terpendam
untuk menjadi ‘manusia secara utuh’. Arthur
Combs melontarkan pendapatnya bahwa pendekatan humanistik adalah pandangan
psikologis yang melihat individu sebagai ‘fincionating organism’ yang
masing-masing berusaha membangun self-concept nya.
Ini berarti guru melibatkan siswanya dalam psroses belajar. Sehingga mereka
memiliki pengalaman-pengalaman sukses, merasa diterima, dihormati, dikagumi,
dan dimanusiakan.
4.
Kognitif
Pendekatan kognitif adalah suatu
rancangan konseling atau pendekatan yang berfokus pada berpikir dan proses
mental dalam modifikasi atau mengubah tingkah laku dan sering melibatkan
pelatihan, pengembangan keterampilan, kontrol pikiran, serta proses-proses dan
teknik-teknik yang berorientasi kognitif lainnya (Mappiare, 2006). Terapi ini didasarkan pada teori bahwa afek (keadaan
emosi, perasaan) dan tindakan seseorang tersebut membentuk dunianya. Jadi
bagaimana seorang berfikir, menentukan bagaimana perasaan dan reaksinya.
Pikiran seseorang memberikan gambaran tentang rangkaian kejadian di dalam
kesadarannya. Gejala perilaku yang berkelainan atau menyimpang, berhubungan
erat dengan isi pikiran, misalnya seorang menderita ansietas karena
mengantisipasi akan mengalami hal-hal yang tidak enak pada dirinya. Dalam hal
seperti ini, terapi kognitif dipergunakan untuk mengidentifikasi, memperbaiki
gejala perilaku dan fungsi kognisi yang terhambat, yang mendasari aspek
kognitifnya yang ada. Terapis dengan pendekatan kognitif mengajar pasien atau
klien agar berfikir lebih realistic dan sesuai sehingga dengan demikian akan
menghilangkan atau mengurangi gejala yang berkelainan yang ada.
Referensi :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar