Pages

Selasa, 07 Maret 2017

PSIKOTERAPI

A.  PENGERTIAN PSIKOTERAPI
Menurut Lewis R. Wolberg (1977), psikoterapi adalah perawatan dengan menggunakan alat-alat psikologik terhadap permasalahan yang berasal dari kehidupan emosional dimana seorang ahli secara sengaja menciptakan hubungan profesional dengan pasien yang bertujuan untuk :
1.      Menghilangkan, mengubah atau menurunkan gejala-gejala yang ada.
2.      Memperantarai perbaikan pola tingkah laku yang terganggu.
3.      Meningkatkan pertumbuhan serta mengembangkan kepribadian yang positif.
Dalam psikoterapi adanya suatu interaksi secara sistematis antara pasien dan terapis dengan menggunakan prinsip-prinsip psikologis yang menghasilkan adanya perubahan dalam tingkah laku, pikiran dan perasaan pasien sehingga dapat membantu mengatasi perilaku abnormal yang dialami pasien atau dapat membantu mengatasi masalah-masalah pasien.

B.  PERBEDAAN PSIKOTERAPI DAN KONSELING
Psikoterapi dan konseling sesungguhnya memiliki tugas yang sama, keduanya saling tumpang tindih dimana fungsi psikoterapi dan konseling adalah membantu setiap individu yang mengalami masalah yang berkaitan dengan proses mental dan psikis individu itu sendiri. Keduanya menggunakan asosiasi bebas, namun secara umum perbedaan psikoterapi dengan konseling terletak pada kecenderungan bidang yang dijalani, yaitu psikoterapi lebih kepada bidang klinis sedangkan konseling cenderung lebih ke bidang pendidikan. Psikoterapi lebih digunakan untuk orang yang memiliki penyakit khusus sehingga dapat dikatakan psikoterapi berfungsi untuk memperbaiki perilaku maupun persepsi yang telah rusak (tidak normal), sedangkan konseling hanya digunakan untuk mengatasi masalah-masalah yang tidak rumit seperti contohnya mengatasi anak conduct disorder.
Menurut Ivey & Simek-Downing (1980) psikoterapi adalah proses jangka panjang, berhubungan dengan upaya merekonstruksi seseorang dan perubahan yang lebih besar dalam struktur kepribadian. Sedangkan konseling dikemukakan oleh mereka sebagai suatu proses yang lebih insentif berhubungan dengan upaya membantu orang normal mencapai tujuannya dan agar berfungsi lebih efektif. Adapula perbedaan psikoterapi dan konseling yang dilihat dari segi tujuan, klien, konselor dan penyelenggara, serta metode yang digunakan:
1.    Berdasarkan Tujuan
Menurut Hans dan MacLean (1995) konseling menitikberatkan pada upaya pencegahan agar tidak terjadi penyimpangan. Konseling bertujuan untuk membantu seseorang menghadapi tugas-tugas perkembangan, contohnya remaja yang menghadapi masalah seks. Sedangkan psikoterapi menyembuhkan penyimpangan yang terjadi baru melakukan pencegahan agar penyimpangan itu tidak timbul kembali. Dapat dikatakan bahawa psikoterapi bertujuan untuk menyembuhkan.Stefflre & Grant (1972) mengatakan tujuan konseling terbatas hanya mempengaruhi perkembangan seseorang dengan situasi sesaat sedangkan psikoterapi tidak hanya memperhatikan sekarang, melainkan yg akan datang. Blocher (1996) merumuskan perbedaan antara keduanya sebagai berikut :
  • Pada konseling : developmental – educative – preventive.
  • Pada psikoterapi : remediative – adjustive – therapy.

2.        Dilihat dari Klien, Konselor dan Penyelenggara
Secara tradisional membedakan konseling dan psikoterapi adalah pada konseling, konselor menghadapi klien yang normal. Sedangkan psikoterapi, terapis menghadapi klien yang mengalami neurosis atau psikosis. Konselor dan Psikoterapis memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda, namun ada kesamaan yang terletak pada subjek tertentu yang harus dilatih dan dipelajari seperti teori dasar kepribadian dengan perkembangan, gangguan, perubahan dan penilaian dan alat penilainya.
Koseling bisa dilakukan di Lembaga Pendidikan seperti sekolah, Perguruan Tinggi, Biro Khusus atau praktik pribadi. Psikoterapi dilakukan dalam kegiatan yang sifatnya klinis di Lembaga Pendidikan dengan pengaturan dan suasana yang khusus. Namun, psikoterapi banyak dilakukan di Rumah Sakit, Lembaga khusus atau praktik pribadi yang berhubungan dengan kesehatan.
3.        Dilihat dari Metode
Perbedaan antara konseling dan psikoterapi tidak besar karena berbagai metode bisa dipakai keduanya, seperti rapport, menerima dan menghargai hakikat dan martabat pasien, kualitas hubungan dengan pembatasan-pembatasannya. Namun, perbedaan antara keduanya diungkapkan oleh Stefflre & Grant (1972) yaitu konseling ditandai oleh jangka waktu yang lebih singkat, lebih sedikit waktu pertemuannya, lebih banyak melakukan evaluasi psikologis, lebih memperhatikan masalah sehari-hari klien, lebih memfokuskan pada aktivitas kesadaran, lebih memberikan nasihat, kurang berhubungan dengan transferens, lebih menekankan pada situasi yang riil, lebih kognitif dan berkurang intensitas emosi, lebih menjelaskan atau menerangkan dan lebih sedikit kekaburannya.

C.   PENDEKATAN PADA PSIKOTERAPI
1.    Psikoanalisa
Psikoanalisis sebagai teori dari psikoterapi berasal dari uraian Freud bahwa gejala neurotik pada seseorang timbul karena tertahannya ketegangan emosi yang ada, ketegangan yang ada kaitannya dengan ingatan yang ditekan, ingatan mengenai hal-hal yang traumatik dari pengalaman seksual pada masa kecil. Semula dipergunakan teknik hypnosis, namun setelah diketahui bahwa tidak terhadap semua orang mudah dan bisa dilakukan hypnosis, Freud kemudian mempergunakan asosiasi bebas.
Dengan asosiasi bebas, pasien bebas untuk mengemukakan segala hal yang ingin dikemukakan termasuk yang tadinya ditekan di bawah-sadarnya, tanpa dihambat atau dikritik. Teknik dasar untuk melaksanakan psikoanalisis ialah dengan meminta pasien berbaring di dipan khusus dan psikoanalis duduk dibelakangnya, jadi posisi pasien menghadap kearah lain, tidak bertatapan dengan psikoanalisnya. Pasien diminta untuk mengemukakan apa yang muncul dalam pikirannta dengan bebas dan tanpa merasa terhambat.
2.    Behavioristik
Aliran behavioristik ini pada mulanya tumbuh subur di Amerika dengan tokohnya yang terkenal esktrim yakni John Broadus Watson, suatu aliran yang menitikberatkan peranan lingkungan, peranan dunia luar sebagai faktor penting dimana seseorang dipengaruhi, seseorang belajar. Aliran ini memandang perkembangan seseorang sebagai “seorang tumbuh menjadi seperti apa yang terbentuk oleh lingkungan”.
3.    Humanistik
Psikologi Humanistik adalah kritik terhadap behavioristik yang mendang manusia sebagai mesin. Humanistik merubah paradigma tersebut menjadi lebih manusiawi dan dihargai sebagai suatu kesatuan yang utuh. Tokoh-tokoh dalam psikologi ini adalah Abraham Maslow, Carl Rogers, dan Arthur Combs. Terapi Humanistik bertujuan agar klien mengalami keberadaannya secara otentik dengan menjadi sadar atas keberadaan dan potensi-potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka diri dan bertindak berdasarkan kemampuannya. Abraham Maslow (1962) dikenal dengan konsepnya yaitu ‘aktualisasi diri’, yaitu proses perkembangan jati diri atau penemuan jati diri dan mekarnya potensi yang ada atau terpendam untuk menjadi ‘manusia secara utuh’.  Arthur Combs melontarkan pendapatnya bahwa pendekatan humanistik adalah pandangan psikologis yang melihat individu sebagai ‘fincionating organism’ yang masing-masing berusaha membangun self-concept nya. Ini berarti guru melibatkan siswanya dalam psroses belajar. Sehingga mereka memiliki pengalaman-pengalaman sukses, merasa diterima, dihormati, dikagumi, dan dimanusiakan.
4.    Kognitif
Pendekatan kognitif adalah suatu rancangan konseling atau pendekatan yang berfokus pada berpikir dan proses mental dalam modifikasi atau mengubah tingkah laku dan sering melibatkan pelatihan, pengembangan keterampilan, kontrol pikiran, serta proses-proses dan teknik-teknik yang berorientasi kognitif lainnya (Mappiare, 2006). Terapi ini didasarkan pada teori bahwa afek (keadaan emosi, perasaan) dan tindakan seseorang tersebut membentuk dunianya. Jadi bagaimana seorang berfikir, menentukan bagaimana perasaan dan reaksinya. 
Pikiran seseorang memberikan gambaran tentang rangkaian kejadian di dalam kesadarannya. Gejala perilaku yang berkelainan atau menyimpang, berhubungan erat dengan isi pikiran, misalnya seorang menderita ansietas karena mengantisipasi akan mengalami hal-hal yang tidak enak pada dirinya. Dalam hal seperti ini, terapi kognitif dipergunakan untuk mengidentifikasi, memperbaiki gejala perilaku dan fungsi kognisi yang terhambat, yang mendasari aspek kognitifnya yang ada. Terapis dengan pendekatan kognitif mengajar pasien atau klien agar berfikir lebih realistic dan sesuai sehingga dengan demikian akan menghilangkan atau mengurangi gejala yang berkelainan yang ada.
Referensi        :





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About